Pemberian ASI Meminimalkan Risiko Alergi pada Anak-Anak


Meminimalkan Resiko Alergi Pada Anak


Peningkatan insidens alergi di sebagian besar negara-negara barat mendorong para ahlimencari akar permasalahannya dan berupaya melakukan berbagai tindakan preventif.Pada kesempatan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Kesehatan Anak (PIT IKA ke 8) diMakassar beberapa waktu yang lalu, Dr. Elena Sandalova, MSc, PhD seorang ahli penyakitmenular, alergi dan imunologi, membagikan wawasannya seputar epidemi alergi, konsepkonsepbaru pencegahan alergi yang merupakan pedoman terbaru untuk mencegah alergi,didampingi oleh DR. Dr. Zakiudin Munasir, Sp.A (K) sebagai moderator panel diskusi.

Salah satu data prevalensi alergi anak-anak di Indonesia, yaitu studi yang dilakukan di Makassar tahun lalu (2015), membandingkan prevalensi gejala alergi (mengi, rinitis dan eksema) dan mencatat hasil skin prick test (SPT) positif pada anak-anak SD yang berasal dari ekonomi rendah maupun tinggi. Hasil studi tersebut cukup mengkhawatirkan karena satu dari empat anak-anak sosio-ekonomi tinggi memiliki hasil SPT positif, yang artinya mereka lebih cenderung memiliki gejala alergi. Hal ini akan memicu masalah yang lebih banyak lagi dari tahun ke tahun selanjutnya, sehingga diperlukan upaya pencegahan untuk mengurangi dampaknya. 

Konsumsi rutin makanan yang memi-cu inflamasi (pro-inflammatory diet), seperti makanan olahan atau makanan kaleng atau makanan cepat saji, penggunaan deterjen dan produk kebersihan, serta penggunaan antibiotik yang berlebihan, berperan dalam meningkatkan insidens alergi. Demikian juga dengan meningkatnya jumlah persalinan operasi sesar, dimana bayi tidak mendapatkan transfer mikrobiota dari ibu, yang merupakan sumber bakteri dalam saluran cerna bayi, sehingga menyebabkan sistem imunitasnya tidak belajar menghadapi paparan bakteri dan virus sejak awal kehidupannya. Mengingat sekitar 60-70% sel imun ditemukan dalam saluran cerna bersama 100 juta syaraf dan 100 trilyun bakteri, maka kita perlu memberi perhatian terhadap dampak intervensi nutrisi terhadap regulasi imun dan pada tata laksana inflamasi.  Perkembangan imunitas anak dipengaruhi oleh lingkungan, termasuk makanan dan polusi. Apa yang dikonsumsi anak selama 1000 hari pertama kehidupannya akan memberikan dampak krusial pada early life programing, termasuk proses belajar sistem imun (yang telah dimulai sejak bayi dalam kandungan) yang akan berpengaruh pada kesehatan mereka di masa mendatang. Oleh karena itu, tindakan pencegahan alergi pada anak-anak sebaiknya dilakukan sejak dini.


Intervensi Nutrisi

Strategi pencegahan alergi sebaiknya mencakup diet tradisional dan memberikan nutrisi yang memiliki sifat anti-inflamasi seperti asam lemak n-3 (minyak ikan), anti-oksidan (buah-buahan dan sayuran), meningkatkan paparan ‘bakteri baik’ seperti probiotik, memberikan makanan untuk ‘bakteri baik’ ini dengan prebiotik, menghindari paparan polutan, dan mengenalkan makanan padat pada tahap usia yang sesuai tanpa menghindari makanan yang bersifat alergenik, serta menyediakan makanan yang bervariasi untuk anak-anak di tahun pertama kehidupannya.

Telah dibuktikan bahwa pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan insidens dermatitis atopik dan alergi susu sapi dalam 2 tahun pertama usia anak. Selain itu, ASI bermanfaat mengurangi risiko infeksi, diabetes, asma, eksema dan menjaga kesehatan mikrobiota saluran cerna mengoptimalkan perkembangan metabolik, dan mendukung perkembangan otak dan motorik. Protein dari asupan makanan ibu secara langsung diteruskan ke dalam ASI dalam waktu beberapa jam saja, termasuk alergen. Alergen makanan yang ditransfer melalui ASI mungkin tidak terikat (bebas) atau berkaitan dengan imunoglobulin, serta mengontrol paparan alergen pada bayi agar sistem imun-nya belajar akan jenis makanan yang berbahaya, sehingga dapat berkontribusi mengurangi risiko alergi. Faktor imunomodulasi ASI juga akan mengikutsertakan serat prebiotik untuk memperoleh perkembangan optimal mikrobiota dan mendukung induksi toleransi imun pada anak-anak. Ada bukti yang mengemukakan bahwa bakteri infant type yang ditemukan dalam ASI umumnya berasal dari saluran cerna ibu.

Prebiotik Oligosakarida ASI adalah Prebiotik Alami

Oligosakarida adalah komponen terbesar ketiga dalam ASI, yang tidak dicerna oleh sistem pencernaan dan berfungsi sebagai makanan bagi bakteri. Oligosakarida memiliki efek prebiotik, yang berarti secara selektif menstimulasi pertumbuhan ‘bakteri baik’. Human milk oligosaccharides (HMOS) sangat kompleks dan mengandung lebih dari 1000 struktur yang berbeda.  Prebiotik hanya menstimulasi pertumbuhan bakteri infant type yang hanya dapat ditemukan di dalam saluran pencernaan bayi, seperti Bifidobacterium Longum ssp infantis, Bifidobacte-rium breve, Bifidobacteriun bifidum. Efek langsung dari HMOS pada sel-sel imun mendukung perkembangan respons imun anti-alergi (TH-1) dan sistem regulatori T helper. Selain itu, HMOS juga bekerja secara spesifik dengan melekat pada sel-sel reseptor, mengurangi ikatan virus atau bakteri patogen, seperti E coli, Helicobacter pylori, Candida albicans, Pseudomonas aeroginosa, S pneumoniae, H influenzae, Mycoplasma pneumoniae, dan virus influenza tipe A, B, C, sehingga secara signifikan mengurangi risiko infeksi.

90% scGOS dan 10% lcFOS Menurunkan Risiko Perkembangan Alergi Pada Anak

Formulasi 90% scGOS (galaktooligosakarida dengan berat molekul rendah/rantai pendek) dan 10% lcFOS (fruktoo-ligosakarida dengan berat molekul tinggi/rantai panjang) telah dikembangkan untuk mendukung pertumbuhan bakteri infant type, yaitu Bididobacteria dan Lactobacilli. Formulasi scGOS / lcFOS mendukung perkembangan sistem imun saluran cerna, meningkatkan kadar IgA, dan juga dapat menggeser keseimbangan sistem imun terhadap TH1 dan fenotipe T regulatori sehingga mendukung bayi untuk mengembangkan kontrol peradangan yang lebih baik.  Studi Moro dkk  menunjukkan bahwa insidens dermatitis atopik pada kelompok yang diberikan suplementasi  scGOS dan lcFOS setelah 6 bulan lebih rendah bila dibandingkan kelompok kontrol (9,8 vs 32,1; p = 0,014). (Arslanoglu S, Moro GE, Boehm GJ Nutr 2007 137 (11 ): 2420-4).

Manfaat suplementasi scGOS dan lcFOS selama 6 bulan ini masih dipertahankan hingga setelah 24 bulan, yang terlihat dari lebih rendahnya insidens dermatitis atopik pada kelompok yang mendapatkan suplementasi scGOS dan lcFOS dibandingkan dengan kelompok kontrol (13,6 vs 27,9%; P <0,05) (Gambar 1) (Arslanoglu S, Moro GE, Schmitt J, Boehm G., J. Nutr 2008; 138:. 1091-1095). Selanjutnya pada studi follow-up 5 tahun berikutnya, efek proteksi alergi suplementasi scGOS dan lcFOS juga masih lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (P <0,05) (Gambar 2). 

Formula yang mengandung oligosakarida spesifik tersebut hanya diberikan kepada bayi dalam 6 bulan pertama kehidupannya. Hal ini menunjukkan ada efek pemrograman oligosakarida campuran yang dapat mengurangi risiko berkembangnya alergi di masa depan. Melalui suplementasi scGOS dan lcFOS pada bayi dengan risiko tinggi alergi selama 6 bulan pertama usianya, kadar IgE dan protein susu sapi IgG1 serum dapat diturunkan, sehingga dapat menjaga keseimbangan respons tubuh dalam mencegah alergi. Sejalan dengan efek reduksi manifestasi alergi, suplementasi scGOS / lcFOS juga dapat menurunkan risiko infeksi (Gambar 3) (Arslanoglu S, Moro GE, Boehm GJ Nutr 2007 137 (11):. 2420-4 dan Arslanoglu S, Moro GE, Schmitt J, Boehm G., J. Nutr 2008; 138:. 1091-1095).

Pada tahun 2016, Organisasi Alergi Dunia (World Allergy Organization /WAO) mengeluarkan beberapa rekomendasi terkait penggunaan prebiotik untuk mencegah alergi. Mereka tidak merekomendasikan pemberian prebiotik pada ibu hamil dan menyusui. Prebiotik direkomendasikan untuk bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif dan memiliki risiko alergi, baik rendah maupun tinggi.


Gambar 1. Studi Moro dkk, Insidens Dermatitis Atopik pada bayi dengan risiko tinggi. (Arslanoglu S, Moro GE, Schmitt J, Boehm G., J. Nutr 2008;138:. 1091-1095)

Gambar 2. Studi lanjutan 5 tahun : Adanya gejala terkait alergi pada kelompok dengn suplementasi  scGOS/lcFOS vs. kontrol


Gambar 3. Insidens kumulatif infeksi pada kelompok suplementasi scGOS/lcFOS vs. tanpa prebiotik (Arslanoglu S, Moro GE, Boehm GJ Nutr 2007 137 (11):. 2420-4 dan Arslanoglu S, Moro GE, Schmitt J, Boehm G., J. Nutr 2008; 138:. 1091-1095)



Kesimpulan:

1. Peningkatan insidens penyakit alergi disebabkan oleh perubahan lingkungan, termasuk diet pro-inflamasi dan polusi.

2. Ketika pemrograman kesehatan di kemudian hari sedang berlangsung, termasuk pemrograman sistem imun, nutrisi selama periode jendela kritis pada awal kehidupan akan mempengaruhi kesehatan anak di masa depan. Oleh karena itu, upaya pencegahan alergi pada anak-anak perlu difokuskan pada usia dini.

3. Efek oligosakarida campuran (scGOS dan lcFOS) spesifik mencakup dukungan sistem imun pada usia dini sehingga akan menurunkan risiko berkembangnya alergi di kemudian hari.


Download Jurnal Aslinya disini


Bantu Koment dan Share ya Agar Pengetahuan Masyarakat Mengenai Kesehatan Bertambah


Ikuti Update Kami dengan Cara Subscribe Via Email atau Like Fanpage Kami atau melalui Aplikasi Berikut :

Line : https://line.me/R/ti/p/%40jfu9740t atau @jfu9740t

Telegram : https://t.me/catatandokter atau @catatandokter



Artikel Lainnya


loading...



No comments:

Post a Comment

Pages