Ingin Menjadi Dokter ? Pahami Ini

Bapak/Ibu, adakah Anak Anda yang bercita-cita menjadi Dokter ?
Apakah Anda akan mewujudkan cita-cita anak Anda ? Sadarkah Anda, apa yang harus Anda hadapi untuk mewujudkan impian anak Anda ?

Pendidikan Dokter, adalah pendidikan yang memakan waktu lama. Dimulai dari jenjang Sarjana, Pendidikan profesi, Ujian Negara dan Internship. 

Total membutuhkan waktu 7-8 tahun untuk menjadi seorang Dokter. Selama kurun waktu itu pulalah, pembiayaan ada di pundak Anda.

Yang lebih mengenaskan, dengan waktu yang demikian lama. Anak-anak Anda akan tetap dilabel TIDAK KOMPETEN di layanan primer. Sehingga muncullah program Setara Dokter Spesialis Layanan Primer (SSpDLP) 2-3 tahun study. Praktis biaya lagi menjadi tanggungan orang tua.
Anak Anda dengan cita-cita luhurnya menjadi dokter, baru akan siap memasuki dunia kerja di Layanan Primer pada usia 27-29 tahun.
Sementara pendapatan yang diperoleh dengan sistem kapitasi di layanan primer adalah 8-10rb rupiah perkapitasi. Pendapatan ini bruto, masih dibagi-bagi lagi dengan Tenaga kesehatan lainnya dan operasional faskes (Puskesmas, Klinik maupun praktek perorangan).

Maka dari itu, saya mengajak Anda semua berpikir.

1. Apa yang diajarkan kepada mahasiswa sehingga dengan 7-8 tahun pendidikan hanya menghasilkan DOKTER TIDAK KOMPETEN ?

2. Biaya pendidikan begitu tinggi demi sebuah cita-cita luhur yang pada akhirnya diberi Label DOKTER TIDAK KOMPETEN ?

3. Ujian Negara (UKDI/UKMPPD) macam apa yang menyatakan LULUS tapi kemudian dikatakan DOKTER TIDAK KOMPETEN ?

4. Internship macam apa yang dilalui dan tetap diberi label TIDAK KOMPETEN ? Sementara jelas dalam ingatan kita banyak Dokter Internship yang gugur di tempat tugas.

5. Anak-anak dengan cita-cita luhur menjadi Dokter baru memasuki masa kerja produktif di usia 27-29 tahun dengan penghasilan kapitasi, apakah ini masuk akal ?

6. Untuk anak Anda yang sudah menjadi Dokter dan mendapat sertifikat KOMPETENSI LAYANAN PRIMER, apakah Adil jika Kompetensinya dicabut dan kembali dinyatakan TIDAK KOMPETEN hanya karena ANGKA RUJUKAN dari PPK1 yang tinggi ?

7. Angka rujukan PPK1 tinggi, tanpa PEMERINTAH mau perduli bagaimana SARANA PRASARANA di PPK1, yang obat saja sering tidak ada. Bagaimana pelayanan baik jika pembiayaan dengan kapitasi begitu rendah ?

8. Sarana Prasarana di PPK1, tidak merata secara Nasional. INDONESIA BUKAN HANYA JAWA atau JAKARTA. INDONESIA itu dari SABANG SAMPAI MERAUKE. Adakah keadilan disini ?

9. Ditambah lagi PAJAK BARANG MEWAH yang disematkan pada ALAT-ALAT KESEHATAN. Pajak barang mewah sekelas Channel, Louis Vuitton disematkan pada ALAT-ALAT KESEHATAN penyelamat jiwa, tetapi menghendaki PENGOBATAN MURAH. Logikanya dimana ?

10. Semua carut-marut ini, ditimpakan kepada satu profesi saja DOKTER! Yang adalah CITA-CITA luhur putera-puteri Anda.

Inilah alasan, mengapa Dokter Indonesia bergerak! Dokter Indonesia menuntut REFORMASI SISTEM KESEHATAN BERKEADILAN, PRO RAKYAT PRO DOKTER. Sudah saatnya SISTEM KESEHATAN AMBURADUL, DOKTER-PASIEN JADI KORBAN ini dihentikan.



Salam Perjuangan
dr. Lato Kartiko Wibowo
115271

No comments:

Post a Comment

Pages