Sinar Matahari atau Suplemen? Mengungkap Peran Vitamin D dalam Melindungi Otak

 


 

Pendahuluan

 

Penyakit neurodegeneratif merupakan kondisi kronis yang tidak dapat disembuhkan dan menyebabkan kerusakan progresif serta kematian neuron di otak dan sumsum tulang belakang. Contoh penyakit ini meliputi multiple sclerosis (MS), penyakit Parkinson (PD), penyakit Alzheimer (AD), amyotrophic lateral sclerosis (ALS), dan penyakit Huntington. Dalam dekade terakhir, perhatian terhadap vitamin D sebagai agen neuroprotektif meningkat pesat, didorong oleh bukti asosiasi yang menunjukkan bahwa vitamin D berpotensi memberikan manfaat perlindungan terhadap perkembangan dan progresi penyakit neurodegeneratif.

 

Meskipun demikian, masih belum jelas apakah kekurangan vitamin D merupakan faktor penyebab timbulnya penyakit neurologis atau sekadar manifestasi dari penyakit itu sendiri. Selain itu, peran jalur pemberian vitamin D—apakah melalui sintesis endogen dari paparan sinar ultraviolet (UV) atau suplementasi oral sintetis—dalam memberikan manfaat neuroprotektif juga masih belum terdefinisi dengan baik.

 

Vitamin D: Sumber, Bentuk, dan Mekanisme Kerja

 

Vitamin D memiliki dua bentuk utama: vitamin D3 (cholecalciferol) dan vitamin D2 (ergocalciferol). Vitamin D3 terutama disintesis di kulit melalui konversi 7-dehydrocholesterol yang dimediasi oleh sinar UVB dari matahari. Namun, perubahan gaya hidup dan peningkatan usia menyebabkan banyak orang mengalami kekurangan vitamin D akibat kurangnya paparan sinar matahari, sehingga suplementasi vitamin D sintetis menjadi lebih umum. Vitamin D3 juga dapat diperoleh dari sumber makanan hewani, sedangkan vitamin D2 berasal dari jamur atau ragi dan biasanya diperoleh melalui suplementasi oral.

 

Perbedaan kimiawi antara vitamin D3 dan D2 mempengaruhi afinitas mereka terhadap protein pengikat vitamin D dalam plasma dan kecepatan metabolisme di dalam tubuh. Beberapa studi menunjukkan bahwa vitamin D2 kurang efektif dalam meningkatkan kadar serum 25(OH)D dibandingkan vitamin D3, meskipun ada pula yang menyatakan keduanya sama efektifnya.

 

Vitamin D diyakini memberikan manfaat neuroprotektif melalui beberapa mekanisme, antara lain:

 

  1. Modulasi faktor transkripsi gen melalui interaksi dengan reseptor vitamin D (VDR), yang berperan dalam menghambat sintesis enzim inducible nitric oxide synthase (iNOS) yang dapat merusak sel saraf.

  2. Peningkatan aktivitas enzim gamma-glutamyl transpeptidase yang penting dalam sintesis glutathione, antioksidan utama yang melindungi sel dari radikal bebas.

  3. Bertindak sebagai faktor neurotropik dengan merangsang produksi faktor pertumbuhan saraf seperti nerve growth factor (NGF), glial cell derived nerve growth factor (GDNF), dan neurotrophin 3 (NT3), yang penting untuk pertumbuhan dan perlindungan neuron.

  4. Modulasi sistem imun, dengan efek imunosupresif yang dapat melindungi otak dari kerusakan inflamasi, misalnya pada MS.

  5. Peningkatan kadar dopamin di otak melalui peningkatan ekspresi GDNF, yang berpotensi melindungi neuron dopaminergik pada PD.

Bukti dan Keterbatasan Penelitian

 

Analisis sistematis terhadap 73 studi yang memenuhi kriteria inklusi menunjukkan bahwa sebagian besar bukti yang mendukung manfaat neuroprotektif vitamin D berasal dari studi praklinis dan observasional. Bukti kuat yang mendukung peran vitamin D sebagai agen terapeutik pada penyakit neurodegeneratif masih sangat terbatas.

 

Selain itu, belum ada studi yang secara langsung membandingkan efektivitas vitamin D yang diperoleh dari paparan sinar UV dengan suplementasi oral sintetis dalam konteks neuroproteksi. Beberapa data menunjukkan bahwa paparan sinar matahari dapat memberikan manfaat perlindungan terhadap MS, PD, dan AD secara independen dari produksi vitamin D, yang mengindikasikan bahwa faktor lain yang terkait dengan paparan sinar UV juga mungkin berperan.

 

Penelitian mengenai hubungan vitamin D dengan ALS masih sangat terbatas sehingga tidak memungkinkan untuk menarik kesimpulan yang jelas.

 

Kesimpulan

 

Berdasarkan tinjauan sistematis ini, belum dapat diberikan rekomendasi kuat mengenai manfaat terapeutik vitamin D pada penyakit neurodegeneratif. Hubungan antara vitamin D dan penyakit neurodegeneratif masih belum jelas apakah vitamin D secara langsung memberikan efek perlindungan atau hanya sebagai indikator paparan sinar UV yang mungkin mengandung faktor neuroprotektif lain yang belum diidentifikasi.

 

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengklarifikasi mekanisme aksi vitamin D, membandingkan efektivitas berbagai bentuk dan jalur pemberian vitamin D, serta mengidentifikasi faktor-faktor lain yang mungkin berkontribusi pada efek protektif paparan sinar matahari.

 

 Referensi

1. Materi Kuliah Jiajun-Liu Luang, Phd, Should We Supplement or Stop? Revisiting Vitamin D in the Context of Alzheimer’s Disease. October 3th 2025 at Yingcai Campus, China Medical University

2. Are the protective benefits of vitamin D in neurodegenerative disease dependent on route of
administration? A systematic review
 

3. Referensi lainnya 

 

 

asasasas

Terima kasih telah mengunjungi dan membaca artikel di website kami. Dapatkan Update Artikel dengan cara mengikuti beberapa Link berikut:


Facebook: https://web.facebook.com/OfficialCatatanDokter
Telegram : https://t.me/catatandokter atau @catatandokter

 

 

Artikel Lainnya

No comments:

Post a Comment

Pages